Wednesday, July 2, 2008

Berlindung yang benar

I got this article from Mr. Suwarno Liang


BERLINDUNG YANG BENAR,

BERLINDUNG YANG BAGAIMANAKAH ?



Ketika seseorang bertemu dengan ajaran yang kita sedang pelajari ini dan
mungkin melaksanakannya pada taraf tertentu, kadang kala mereka berharap
untuk menjadikan ajaran tersebut sebagai penuntun hidupnya. Pada saat itu
pikiran mereka beralih menjadi seorang pengikut ajaran ini. Mereka akan
menyadari bahwa pelaksanaan ajaran dengan sepenuh hati tidaklah mungkin
apabila masih 'duduk-duduk di bangku'.



Namun kemudian, apakah hal ini bukan pe-label-an terhadap diri sendiri,
mengadopsi pandangan, bahkan membatasi seseorang? Marilah kita meninjau ke
dalam penolakan-penolakan ini dulu sebelum kita melangkah kepada pembicaraan
lebih lanjut.



Segala sesuatu di dunia ini memiliki label - sebutan, nama. Nama atau label
hanyalah kata-kata yang secara intrinsik maupun ekstrinsik sesungguhnya
tidak mengandung bahaya. Hanya apabila orang-orang menggunakan, mengadopsi
untuk membesarkan rasa kepentingan mereka, meningkatkan kesombongan, atau
untuk beberapa motivasi tersembunyi misalnya - untuk memperoleh kekuasaan,
kekayaan atau prestise - mereka telah menggunakan label tersebut secara
salah. Di dalam label ajaran yang kita bahas ini tidak mengandung bahaya
apapun karena seseorang yang mempraktekkan ajaran ini sungguh-sungguh tidak
akan bertengkar dengan mereka yang memiliki kepercayaan berbeda, juga tidak
merendahkan penganut kepercayaan yang berbeda tersebut; ia bergembira bahwa
ia memiliki beberapa ajaran yang patut dihargai.

Ketika seseorang mengadopsi ajaran ini, ya, ia mengadopsi beberapa
pandangan, antara lain, pertama :sebab dan akibat perbuatan; kedua mengerti
kenyataan mutlak yang nampak bahwa :

a. segala sesuatu yang berkondisi (terdiri dari paduan) tidak memuaskan
/ tidak membahagiakan

b. segala sesuatu yang tidak memuaskan / tidak membahagiakan ini pasti
memiliki sebab

c. secara logis karena ada yang tidak memuaskan pasti ada yang memuaskan
/ kebahagiaan sejati yang dapat direalisasi dengan:

d. menghancurkan penyebab ketidakbahagiaan melalui cara / jalan / metode
yang akan mengarahkan kita untuk merealisasi kebahagiaan sejati



Di dalam menganut suatu ajaran, seseorang umumnya dilibatkan dengan harapan
perlindungan, misalnya akan: keselamatan, kekayaan, kesejahteraan, entah
dari ruang / bangunan, dari mahluk yang dianggap memiliki kekuatan di luar
jangkauan awam, atau dari mahluk yang di-pra-anggap sebagai pencipta /
pelindung / pengatur segala sesuatu (termasuk cacat mental / fisik sejak
lahir, perbedaan kesejahteraan sejak lahir, perang, pembunuhan, kelaparan,
epidemi dan sebagainya).



Perumpamaan cara-cara berlindung

Ada beberapa ilustrasi tentang bagaimana seseorang berlindung di dalam
ajaran ini, banyak yang tergolong cara yang 'bodoh' dan ada satu cara yang
bijaksana, sebagai berikut:

1. Seseorang berlindung seperti burung beo. Burung ini cukup pandai dan
adaptatif serta dapat me-manage untuk mengulangi kata-kata yang diucapkan
manusia - namun mereka tidak memiliki ide apa yang dikatakan oleh manusia
itu ! Dengan cara yang sama kita dapat menjumpai penganut ajaran ini hanya
mengucapkan kata-kata yang secara umum disebut 'doa', namun hanya mengerti
tidak lebih seperti seekor burung beo.

2. Jenis lain cara berlindung adalah dengan cara seperti sapi. Binatang
yang memiliki sedikit intelegensia ini mengikuti pemimpinnya tanpa
mengetahui kemana mereka akan pergi, juga, di dalam cara yang sama, beberapa
orang mengulang 'doa' perlindungan hanya karena pemimpinnya membacakan 'doa'
tersebut. Seyogyanya janganlah mengajarkan umat untuk menjadi pengikut
seperti sapi tersebut; namun mengajarkan ajaran sedemikian sehingga
pendengarnya dapat menyelidiki sendiri dan mengetahuinya sendiri, sehingga
mereka tidak seperti sapi.

3. Ibarat keledai adalah ilustrasi lainnya dari cara berlindung yang
salah. Keledai sangat bodoh dan hanya dapat digerakkan dengan hukuman yang
berat atau bujukan sebatang wortel. Demikian pula terjadi pada beberapa
orang yang kuat melekat kepada pandangan: mereka hanya dapat digerakkan
untuk mengulangi 'doa' perlindungan apabila mereka melihat 'sebatang wortel'
- yaitu beberapa keuntungan baginya, atau 'sebatang pemukul' - beberapa
hukuman atau kesulitan. Di dalam ajaran kita ini, 'batang pemukul' (ancaman
/ hukuman) tak pernah dipergunakan untuk mengkonversi / mengubah pandangan
orang lain, juga penggunaan 'sebatang wortel' (hadiah / iming-iming) bukan
merupakan cara yang baik. Mereka yang membutuhkan 'batang pemukul' atau
'wortel' dalam mengikuti ajaran / berlindung di dalam suatu ajaran seperti
keledai dungu.

4. Berlindung seperti seekor rusa juga sangat mungkin. Rusa adalah
binatang liar yang penakut yang selalu siaga akan bahaya. Demikian pula
beberapa orang yang karena ketakutan dan didorong oleh ketidak-mengertian
menjadi 'umat ajaran ini.' Memang benar bahwa dunia ini diancam bahaya dan
ketakutan, namun ini bukanlah motivasi yang terbaik untuk berlindung.

5. Kemudian, terdapat cara berlindung seperti seekor burung gagak.
Dengan matanya yang jalang, burung gagak itu berkeliling selalu dalam
pencarian penganan kecil. Apabila berlindung dengan cara ini, maka cara
berlindung tersebut dilakukan hanya untuk keuntungan pribadi, dengan kata
lain dimotivasi oleh keserakahan.

6. Seekor kera dapat juga dijadikan ilustrasi. Kera adalah binatang yang
hampir tidak pernah tenang, selalu berpindah dan mencari sesuatu yang baru.
Demikian pula apabila seseorang dengan pikiran yang goyah berkata:"Saya
berlindung kepada ...", pikirannya selalu menyimpang ke hal lain dan bahkan
ia tidak dapat mengucapkan satu kalimat pun dengan lengkap dan penuh
konsentrasi.

7. Terakhir, berlindung seperti seorang bijaksana. Metode ini dianjurkan
karena motivasinya adalah pengertian yang jelas / benar, bukan kekotoran
batin.



Bagaimanakah cara berlindung yang benar ?

* Berlindung yang benar adalah berlindung tanpa rasa takut akan
ancaman (misalnya jika tidak jadi pengikutku kamu akan masuk neraka) juga
tanpa tergiur oleh 'iming-iming / janji (misalnya dengan mengikuti ajaranku
kamu pasti masuk surga).

* Berlindung yang benar adalah berlindung dengan pengertian bahwa
semua yang dilakukan dengan sebab yang tidak baik dan tidak benar maka
secara alamiah pasti akan menimbulkan reaksi/akibat yang tidak menyenangkan
(salah satunya mungkin masuk neraka).

* Berlindung yang benar adalah berlindung dengan pengertian bahwa
semua yang dilakukan dengan sebab yang baik dan benar pasti akan
menimbulkan reaksi/akibat yang baik dan membahagiakan (salah satunya masuk
surga).



Kepada siapakah berlindung yang benar ?

* Berlindung yang benar adalah berlindung kepada guru / nabi pembabar
ajaran yang dianutnya bukanlah untuk dilindungi oleh 'pribadi' guru atau
nabi pembabar pertama ajaran yang dianutnya. Namun seyogyanya berlindunglah
kepada guru / nabi pembabar ajaran yang dianutnya dengan maksud bahwa mereka
akan terlindung oleh perbuatannya sendiri yang mencontoh sifat sempurna guru
/ nabi pembabar ajaran yang dianutnya dalam hal: kemurah-hatian,
moralitas, tidak melekat pada keduniawian, kebijaksanaan, semangat,
kesabaran, kebenaran / kejujuran, tekad yang kuat, cinta kasih tanpa batas,
keseimbangan batin,

* berlindung yang benar adalah berlindung kepada ajaran yang
dianutnya bukanlah berlindung untuk dilindungi oleh 'materi' ajaran yang
dianutnya. Namun seyogyanya berlindunglah dengan maksud bahwa mereka akan
terlindung oleh perbuatannya sendiri dengan melaksanakan secara konsisten
ajaran yang dianutnya dengan pengertian benar secara bijaksana dalam rangka
mengikis keserakahan, kebencian dan kebodohan batin.

* Berlindung yang benar adalah berlindung kepada orang suci dalam
ajaran yang dianutnya bukanlah berlindung untuk dilindungi oleh 'pribadi'
orang suci yang telah berhasil mempraktekkan ajaran yang dianutnya. Namun
seyogyanya berlindunglah dengan maksud bahwa mereka akan terlindung oleh
perbuatannya sendiri dengan mencontoh usaha orang suci itu dalam
melaksanakan ajaran secara konsisten, dengan pengertian dan kebijaksanaan
hingga terbebas dari keserakahan, kebencian dan kekotoran batin.



Dengan berlindung seperti ini, diharapkan mereka akan terhindar dari
kekecewaan. Di samping itu, mereka menjadi tidak akan pernah mendiskreditkan
atau meng- kambing-hitam-kan konsep Tuhan. Mereka justru mendudukkan konsep
Tuhan pada proporsi yang sesungguhnya, sebagai Yang Esa dan Suci, konsep
yang diagungkan oleh sebagian besar manusia di dunia ini.

1 comment:

Anonymous said...

Hm... insightful.
Baru kusadari bahwa manusia tidaklah lebih dari seekor sapi ataupun rusa, yg secara membabi-buta percaya kepada suatu ajaran tanpa mengetahui intisari dari ajaran tsb. Telah kucoba untuk menjalankan yg benar, akan tetapi yg benar tidaklah selalu benar. Ku tetap berjalan......